BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Transpirasi
dapat dikatakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan
melalui stomata kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui
kegiatan tanamn yang dapat terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat
kecil dibandingkan dengan yang oleh stomata oleh sebab itu dalam perhitunganya
besarnya jumlah air yang hilang dari jarinagn tanaman umumnya difokuskan
untuk air yang hilang melalui stomata. Proses transpirasi berlangsung selama tumbuhan
hidup ( Guritno dan Sitompul, 1995 ).
Pengangkutan
garam mineral dari akar ke daun terutama lewat xilem dan kecepatanya
dipengaruhi oleh kecepatan transpirasi. Transpirasi itu pada hakikatnya sama
dengan penguapan akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk
hidup. Transpirasi tidak melalui kutikula, stomata, dan inti sel
sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi akan tetapi
biasanya yang dibicarakan transpirasi lewat daun tersebut.
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi laju transpirasi adalah :
1.
Membuka dan menutupnya stomata
2.
Suhu daun
3.
Suhu daun tanaman
Angin dapat
pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara melewati permukaan daun tersebut
lebih kering dari udara tumbuhan sekitar tersebut (Filter dan Ross,
1982 ).
Transpirasi
menguntungkan tanaman, transpirasi dikatakan menguntungkan bagi tanaman
untuk beberapa alasan yaitu :
1. Dapat
menumbuhkan tanaman penghisapan dan pengangkutan serta meningkatkan hormon
2. Mempengaruhi
tanaman difusi secara langsung tidak langsung memperlancar
difusi sel
3. Mempengaruhi
absorbsi air dan mineral oleh akar
4. Berperan
penting dalam transportasi zat hara dari suatu bagian tanamn kebagian tanamn
lainya
5. Mempengaruhi
evaporasi dalam sejumlah air
6. Memepertahankan
kesetabilan suhu daun
7. Berkaitran dengfan
membuka dan menutupnya stomata yang secara tidak langsung tidak mempengaruhi
teranspirasi dan respirasi
( Lakitan,
2007 ).Pengetahuan mengenai hubungan air dengan iklim, air dan tanah telah
banyak diperoleh selain dari penelitian juga dari pengamatan peradaban kuno.
Umpanya di Israel dan afrika Utara. Masih banyak yang harus kita lakukan dalam
bidang pemanfaatan dan pengawetan air oleh tumbuhan agar Bumi dapat
memenuhi penduduknya yang berkembang dengan pesat ( Dwidjoseputro, 1983 ).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana
pengaruh struktur daun pada tanaman Impatiens
balsamina yang memiliki jumlah daun lengkap, tidak lengkap daun dan tanpa
daun terhadap laju transpirasinya.
1.3 Hipotesis
·
Semakin banyak jumlah daun yang di miliki, maka
semakin cepat laju transpirasinya.
·
Jika tanaman yang di tanam tanpa daun, maka tidak akan
terjadi laju transpirasi karena tidak ada stomata sehingga tidak terjadi
penguapan.
1.4 Tujuan
Tujuan
praktikum Transpirasi kali ini yaitu untuk mengukur kecepatan
transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi
airnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan
air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel . Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman
yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat
kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam
perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya
difokuskan pada air yang hilang melalui stomata. Transpirasi merupakan bagian
dari siklus air, dan itu adalah hilangnya uap air dari bagian tanaman (mirip
dengan berkeringat), terutama pada daun tetapi juga di batang, bunga dan akar.
Permukaan daun yang dihiasi dengan bukaan yang secara kolektif disebut stomata,
dan dalam kebanyakan tanaman mereka lebih banyak pada sisi bawah dedaunan.
Transpirasi juga dapat mendinginkan tanaman dan memungkinkan aliran massa
nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran massa air dari akar ke daun
disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di bagian atas dari
tumbuhan karena difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar
dengan osmosis, dan semua nutrisi mineral dilarutkan perjalanan dengan melalui
xilem.
Tingkat transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel penguapan air dari permukaan tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomates, pada daun. Stomata untuk sebagian besar kehilangan air oleh tanaman, tetapi beberapa penguapan langsung juga terjadi melalui permukaan sel-sel epidermis daun. Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata dapat melalui kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi.
Tingkat transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel penguapan air dari permukaan tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomates, pada daun. Stomata untuk sebagian besar kehilangan air oleh tanaman, tetapi beberapa penguapan langsung juga terjadi melalui permukaan sel-sel epidermis daun. Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata dapat melalui kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi.
Hanya 1-2% dari seluruh air
yang ada dalam tubuh tumbuhan digunakan dalam fotosintesis atau dalam
kegiatan metabolic sel-sel daunnya. Sisanya menguap dari daun dalam proses
transpirasi. Bila stomata terbuka, uap air ke luar dari daun. Jika daun itu
harus terus berfungsi dengan baik maka air segar harus disediakan kepada daun
untuk menggantikan yang hilang pada waktu transpirasi.
Proses transpirasi akan menyebabkan potensial air
lebih rendah dibandingkan batang ataupun akar. Akibatnya, daun seolah-olah
menghisap air dari akar.
Untuk menguapkan air, tumbuhan
butuh energy baru atau berubah energy menjadi panas. Dengan demikian,
transpirasi menimbulkan pengaruh pendinginan pada daun. Kebutuhan panas untuk
menguapkan air berasal dari sinar matahari yang disalurkan melalui cahaya
langsung, radiasi dan konveksi. Air merupakan bagian terbesar dari jaringan
tumbuhan, semua proses tumbuh dan berkembang terjadi karena adanya air.
Ada tiga jenis transpirasi,
yaitu :
1)
Transpirasi Kutikula.
Adalah evaporasi air yang
tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif
tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula
hanya sebesar 10%. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi
melaui stomata.
2)
Transpirasi Stomata
Sel-sel mesofil daun tidak
tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara
yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap
dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian
berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke athmosfer di luar.
Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh
uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke athmosfer pasti terjadi
kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembap.
3)
Transpirasi Lentisel
Yaitu pada daerah kulit kayu
yang berisi sel-sel. Uap air yang hilang melalui jaringan ini adalah 0,1%
Faktor yang mempengaruhi transpirasi
Faktor dalam adalah:
1.
Penutupan stomata : Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata
karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi
yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih
banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit
untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang
mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah
tingkat cahaya dan kelembapan.
2.
Jumlah dan ukuran stomata : Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh
genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap
transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.
3.
Jumlah daun : Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.
4.
Penggulungan atau pelipatan daun : Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam
daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air
terbatas.
5.
Kedalaman dan proliferasi akar : Ketersedian dan pengambilan kelembapan
tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi
akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari
proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air
dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen.
Faktor luar adalah :
1.
Sinar matahari
Seperti yang telah dibicarakan
didepan, maka sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan
tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi.
Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka
banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur.
Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya
stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi .
2.
Temperatur
Merupakan faktor lingkungan
yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun yang ada dalam keadaan
turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi
daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada
suhu udara. Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau
dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun
dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan
tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan
tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas,
maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun.
Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari
dalam daun ke udara bebas
3.
Kebasahan udara (Kelembaban udara)
Pada hari cerah udara tidak
banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di
dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau
dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada
udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi
(di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun. Kesimpulannya ialah,
udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan
transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya
dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut
bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan proses kebalikan transpirasi. Laju
gerak masuknya molekul uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air
udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan
menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor
lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban
udara
4.
Angin
Pada umumnya angin yang
sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin membawa pindah uap air yang
bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam
daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar . Angin mempunyai
pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju
transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan
tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun,
dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting
daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air.
Dalam udara yang sangat tenang
suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih
aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan
terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara
yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi
terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air
ke udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang
terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari
ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama adalah tahanan yang harus
dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada
dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan dengan permukaan daun. Oleh karena
itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih
besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin
sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk
meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh
kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju transpirasi.
Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan
transpirasi
5.
Keadaan air dalam tanah
Air di dalam tanah ialah
satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman mendapatkan air yang
dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah
seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian
itu tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar.
Tersedianya air dalam tanah
adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi
air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat,
penurunan laju transpirasi akan segera tampak
Laju transpirasi dapat
dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada
siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada
penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada
malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu
daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan
oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat.
Mekanisme transpirasi
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel
mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel
jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap
air dalam jumlah banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus
berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air.
Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata.
Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Balsaminaceae
Genus : Impatiens
Spesies : I. Balsamina
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Balsaminaceae
Genus : Impatiens
Spesies : I. Balsamina
ü Habitus
Herba tegak
berbatang basah
Akar
Merupakan
akar serabut
ü Batang
Batang
basah, lunak, bercabang, percabangan monopodial, arah tumbuh tegak
ü Daun
Tunggal,
tersebar, bentuk daun lanset memanjang, tepi daun bergerigi,ujung meruncing, tulang
daun menyirip, warna hijau muda. Tulang daun menyirip, pangkal daun bergerigi
tajam.
ü Bunga
Warna
beraneka ragam, daun kelopak 3 atau 5, bertaji, daun mahkota 5 berbentuk
jantung terbalik. Terdapat 5 benang sari, 5 kepala putik
K(5),C(5),A(5),G(5)
ü Buah
Kecil
seperti kapsul, bakal buah menumpang, beruang 4-5
ü Biji
Endospermic,embrio
mengalami diferensiasi
ü Manfaat
Dimanfaatkan
untuk kosmetik, sebagai obat untuk kuku bernanah.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat
dan Tanggal Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di rumah Lia Apriyani
dimana tempat yang di gunakan untuk penelitian ini di luar halaman rumah (ruang
terbuka) yang terkena cahaya matahari langsun.Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 9 Oktober 2013 mulai pukul 13.00
WIB s.d pukul 14.00.
3.2 Metode
Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
Pada penelitian kali
ini kami menggunakan alat dan bahan yang sangat sederhana, yaitu diantaranya :
Alat : 1. Gunting
2. Aqua
gelas 3 buah
3. Camera
4. Alat
tulis (kertas,pulpen & penggaris)
5. Solatif
6. Kertas
HVS
Bahan : 1. Tanaman
Pacar Air 3 buah
2.
Air
3.4
Cara
Kerja Penelitian
1.
Menyiapkan semua alat dan bahan
yang akan di gunakan.
2.
Membuat ukuran seperti halnya penggaris
pada media kertas, lalu menempelkannya pada dinding luar gelas plastik dengan
perekat solatif.
3.
Memberi lubang di bagian atas tengah mulut gelas dengan
lebar di sesuaikan dengan lebar batang tanaman pacar air.
4.
Menyesuaikan volume air yang sudah
ada pada aqua gelas,hingga mencapai ukuran 6 cm.
5.
Memasukan tanaman pacar air pada aqua
gelas melalui lubang yang telah di buat itu.
6.
Menyimpannya di bawah terik
matahari langsung.
7.
Melakukan pengamatan selama 1 jam
lamanya.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
Berikut
adalah tabel hasil pengamatan transpirasi air pada tanaman kangkung :
|
Tanaman
|
Volume
air
|
||
|
Sebelum
(cm)
|
Sesudah
(cm)
|
Selisih
(mm)
|
|
|
A
|
6
|
5,7
|
0,3
|
|
B
|
6
|
5,9
|
0,1
|
|
C
|
6
|
6
|
0
|
Keterangan
: A = Tanaman pacar air yang jumlah struktur daunnya lengkap
B = Tanaman pacar air
yang jumlah struktur daunnya tidak lengkap atau sebagian jumlah daunnya yang di
pangkas
C
= Tanaman pacar air yang tidak memiliki daun atau daunnya di pangkas semua
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan eksperimen yang kami lakukan
bahwa pengaruh struktur daun pada tanaman pacar air yang memiliki jumlah daun
lengkap memberikan respon terhadap laju transpiranya lebih cepat di bandingkan
dengan yang memiliki jumlah daun kurang lengkap dan tidak memiliki daun sama
sekali.
Hal ini terjadi karena adanya faktor
internal dan eksternal, yaitu di antaranya :
Faktor Internal
1.
Penutupan
Stomata
Dengan
terbukanya stomata lebih lebar, air yang hilang lebih banyak tetapi peningkatan
kehilangan air lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan pelebaran
stomata. Banyak faktor yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata, yang
paling berpengaruh adalah tingkat cahaya dan kelembaban. Pada sebagian besar
tanaman, cahaya menyebabkan stomata membuka. Pada tingkat kelembaban dalam daun
yang rendah, sel-sel pengawal kehilangan turgornya mengakibatkan penutupan
stomata (Gardner,1991).
2.
Jumlah dan
Ukuran Stomata
Kebanyakan
daun tanaman yang produktif mempunyai banyak stomata pada kedua sisi daunnya.
Jumlah dan ukuran stomata yang dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan
(Gardner, 1991).
3.
Jumlah Daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar
transpirasi (Gardner, 1991).
4.
Penggulungan
atau Pelipatan Daun
Banyak
tanaman yang mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan
transpirasi apabila perairan terbatas (Gardner, 1991).
Faktor eksternal
1.
Kelembaban
Pada hari
cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian
itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar
daun, atau dengan kata lain ruang di dalam daun itu jauh lebih penuh akan
uap air dari pada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari
konsentrasi yang tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar
daun). Sebaliknya, jika pada suatu hari di uadara banyak awan maka kebasahan
antara bumi dengan awan itu sangat tinggi. Dengan demikian maka perbedaan
kebasahan udara didalam dan di luar daun tidak jauh berbeda; keadaan yang
demikian ini tidak melancarkan berdifusinya uap air dari dalam daun ke luar
daun. Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang
udara yang kering melancarkan transpirasi. Bila daun mempunyai kandungan air
yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih
antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan
konsentrasi mulekul uap air di udara. (Dwijoseputro, 1980).
2.
Temperatur
Pengaruh
temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudu tlain, yaitu
di dalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uapair di
luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan
temperatur itu sudah tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan
tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak didalam ruang yang terbatas maka tekanan
uap tidak akan setinggi tekanan uap yang terkurung di dalam daun. Akibat
dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air mudah berdifusi dari dalam daun
ke udara bebas. Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F
cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan
sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi
pembukaan stomata. (Dwijoseputro,1980)
3.
Sinar
matahari
Sinar
matahari menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma,
jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar
itu juga mengandung panas (terutama siar infra-merah), maka banyak sinar
berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan temperatur. Kenaikan
temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma
dan dengan demikian memperbesar transpirasi (Dwijoseputro, 1980). Cahaya
mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi
suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua
dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya
stomata (Salisbury & Ross, 1995).
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa
tanaman yang di simpan di tempat terkena cahaya matahari penguapan airnya
lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang di simpan di tempat yang tidak
terkena cahya matahari (teduh). Hal itu membuktikan bahwa sinar matahari
benar-benar mempengaruhi laju transpirasi.
Berikut ini hal-hal yang terjadi saat
media di letakan di bawah matahari:
ü Setelah
5 menit tanaman di masukan ke dalam media, terdapat gelembung-gelembung yang
menempel pada area permukaan akar dan batang. Hal ini membuktikan bahwa telah
terjadinya penyerapan air oleh akar.
ü Struktur
daun tetap terlihat segar baik pada daun yang lengkap maupun yang tidak
lengkap.
ü Setelah
10 menit kemudian mulai terjadi penguapan yang di tandai dengan adanya uap pada
dinding aqua gelas tersebut.
ü Dari
ketiga media tersebut jumlah uap air yang di hasilkan berbeda-beda.
|
Tanaman
|
Uap yang di hasilkan
|
|
A
|
Pada tanaman A yang
merupakan tanaman yang memiliki jumlah daun lengkap, uap air yang di hasilkan
sangat banyak . sehingga terdapat pengurangan volume air menjadi 5,7 cm atau
trjadi penguapan sebanyak 0,3 cm.
|
|
B
|
Pada tanaman B yang
merupakan tanaman yang memiliki jumlah daun tidak lengkap (separuh di pangkas), uap air yang
di hasilkan tidak begitu banyak seperti pada tanaman A . sehingga terdapat
pengurangan volume air menjadi 5,9 cm atau trjadi penguapan sebanyak 0,1 cm.
Hal ini jauh lebih sedikit di bandingkan pada tanaman A karena jumlah daun
yang dikurangi sehingga proses transpirasinyapun berkurang
|
|
C
|
Pada tanaman C yang
merupakan tanaman yang tidak memiliki
daun sama sekali tidak terjadi penguapan. Karena tidak adanya stomata yang di
milikinya.
|
Maka
hipotesis yang kami buat dapat di uji kebenarannya dengan di tandai adanya perubahan – perubahan yang
terjadi pada ketiga media tersebut.
BAB
V
KESIMPULAN
Transpirasi dapat
diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan
melalui stomata, kutikula dan lentisel . Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman
melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat
kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam
perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya
difokuskan pada air yang hilang melalui stomata. Transpirasi merupakan bagian
dari siklus air, dan itu adalah hilangnya uap air dari bagian tanaman (mirip
dengan berkeringat), terutama pada daun tetapi juga di batang, bunga dan akar.
Permukaan daun yang dihiasi dengan bukaan yang secara kolektif disebut stomata,
dan dalam kebanyakan tanaman mereka lebih banyak pada sisi bawah dedaunan.
Transpirasi juga dapat mendinginkan tanaman dan memungkinkan aliran massa
nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran massa air dari akar ke daun
disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di bagian atas dari
tumbuhan karena difusi air dari stomata ke atmosfer.
Berdasarkan eksperimen yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa pengaruh struktur
daun pada tanaman pacar air yang memiliki jumlah daun lengkap memberikan respon
terhadap laju transpiranya lebih cepat di bandingkan dengan yang memiliki
jumlah daun kurang lengkap dan tidak memiliki daun sama sekali. Hal ini terjadi
karena adanya faktor internal dan eksternal. Di mana faktor internalnya
dipengaruhi oleh penutupan stomata, jumlah dan ukuran stomata, jumlah daun,
penggulungan atau pelipatan daun. Sedangkan faktor eksternalnya di pengaruhi
oleh kelembaban, temperatur, dan sinar matahari.